Review Buku The New Emotional Intelligence - Travis Bradberry + Insight

Judul : The New Emotional Intelligence
Penulis : Travis Bradberry
Jenis Buku : Emotional Self-Help, Leadership & Motivation
Penerbit : Bruyere Publishing
Tahun Terbit : Mei 2025
Jumlah Halaman : 368 halaman
Dimensi Buku : 5 x 1.5 x 7 inches
Harga : Rp.527.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 979-8218589660
Hardcover
Edisi Bahasa Inggris
Available at Periplus Bandung Bookstore
Sekelumit Tentang Isi
Kecerdasan emosional bukan sekadar soft skill, melainkan fondasi utama kinerja, kepemimpinan, dan kebahagiaan manusia. Dimulai dengan kisah Mick Fanning yang bertahan hidup dari serangan hiu berkat ketenangan dan kontrol emosi di bawah tekanan ekstrem, buku ini menggarisbawahi satu kebenaran inti: emosi datang sebelum logika, tetapi kita bisa belajar mengarahkannya.
Ada 60 strategi praktis yang langsung bisa diterapkan, dari mengenali pemicu emosi, menghentikan pembicaraan negatif dalam diri, hingga membaca bahasa tubuh dan menangani orang toksik. Selain panduan, buku ini memberikan peta jalan untuk membangun kendali diri, memperdalam hubungan, dan memimpin dengan empati dalam dunia yang semakin penuh tekanan dan ketidakpastian.
Yuk cek dulu daftar isinya.
Contents
1 Why Emotional Intelligence Matters
2 How to Take the Emotional Intelligence Test
3 Taking Action
4 Self-Awareness Strategies
5 Self-Management Strategies
6 Social Awareness Strategies
7 Relationship Management Strategies
The Business Case for Emotional Intelligence
Discussion Questions for Reading Groups
Author
Dr. Bradberry adalah LinkedIn Top Voice, dengan 2,5 juta pengikut di platform tersebut. Ia menulis untuk atau diliput oleh TIME, The Wall Street Journal, USA Today, Bloomberg BusinessWeek, Fortune, Forbes, Fast Company, The Washington Post, dan The Harvard Business Review. Travis Bradberry adalah pakar kecerdasan emosional yang terkenal di dunia yang secara teratur berbicara di lingkungan perusahaan dan publik. Keterlibatan terkini meliputi AT&T, Salesforce, Microsoft, Intel, Coca-Cola, Wells Fargo, The Global Leadership Summit, The Fortune Growth Summit, dan The Conference Board: Learning from Legends. Dr. Bradberry memegang gelar Ph.D. ganda dalam psikologi klinis dan industri-organisasi. Ia menerima gelar sarjana sains dalam psikologi klinis dari University of California - San Diego.
Review
Saya suka buku ini karena sangat mendidik dan menginspirasi. Wawasan bahwa sebagian besar kebahagiaan (40%) ditentukan oleh perilaku dan pandangan hidup kita bukan hanya genetika atau keadaan hidup adalah hal yang sangat memberdayakan, karena menempatkan kontrol kebahagiaan di tangan pembaca (Self-Management).
Salah satu kutipan yang paling berkesan buat saya adalah: “Your personality is the vessel through which your emotional intelligence is expressed.” Kutipan ini dengan jelas menggambarkan bahwa terlepas dari sifat alami kita (introvert atau ekstrovert), EQ adalah keterampilan yang menentukan bagaimana kita menggunakan sifat-sifat tersebut untuk menavigasi dunia.
Menurut saya, buku ini berhasil membedah konsep kecerdasan emosional (EQ) dari kerangka teoretis menjadi panduan praktis yang sangat mudah diterapkan, menawarkan janji konkret tentang peningkatan kinerja dan kualitas hidup.

Picture: Buku The New Emotional Intelligence
Rekomendasi

Picture: Beberapa halaman pilihan pada buku The New Emotional Intelligence
More Review + Insight
Tujuan dan Audiens
The New Emotional Intelligence mengajarkan kita bagaimana meningkatkan kecerdasan emosional melalui saran dan strategi praktis. Buku ini ditujukan terutama untuk praktisi yang mencari wawasan yang bisa ditindaklanjuti dan pembaca umum yang ingin memahami EQ sebagai keterampilan yang dapat dikembangkan. Poin tersebut jelas tergambar dari pernyataan bahwa EQ bertanggung jawab atas 61% kinerja seseorang dan 92% dari mereka yang berkinerja tinggi memiliki EQ yang tinggi. Saya sendiri sangat tertarik untuk membaca detailnya karena statement ini.
Tema Utama dan Poin Penting
Tema sentralnya adalah EQ bukan hanya tentang perasaan, tetapi tentang kemampuan melihat dan memahami emosi (diri sendiri dan orang lain) untuk mengelola perilaku dan hubungan secara efektif. Buku ini secara spesifik membagi EQ menjadi empat keterampilan inti, yakni Self-Awareness, Self-Management, Social Awareness, dan Relationship Management, di bawah dua kompetensi besar (Personal dan Social Competence).
Poin penting yang mendalam adalah bahwa otak kita dirancang agar emosi memicu tindakan lebih dulu sebelum mencapai bagian rasional, menegaskan mengapa kesadaran emosional sangat penting untuk mengarahkan perilaku yang diinginkan.
Kekuatan dan Kelemahan
Menurut saya kekuatan buku ini terletak pada aplikasi praktisnya dan wawasan yang mendalam (thought-provoking insights). Dr Bradberry menjanjikan 60 strategi unik yang ditujukan untuk meningkatkan EQ. Ini tools yang banyak untuk kita praktikkan.
Buku ini juga memuat aplikasi praktis yang konkret. Bukan sekadar teori, buku ini menyediakan langkah-langkah nyata. Misalnya, di bagian Self-Management, kita diajarkan strategi untuk mengalahkan stres dengan mencantumkan hal-hal spesifik yang salah (bukan mengkhawatirkan "segalanya") atau menggunakan teknik 'Pause and Breathe'.
Contoh lainnya adalah dalam Relationship Management, disajikan trik komunikasi seperti menggunakan 'I' Statements (e.g., "Saya merasa..." daripada menyalahkan) untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Gaya narasi di buku ini juga cukup menarik. Meskipun hanya di bagian pembuka buku saja, tapi penulis ada menggunakan teknik bercerita untuk menghidupkan konten yang faktual. Contohnya adalah kisah dramatis peselancar profesional Mick Fanning yang diserang hiu di tengah kompetisi yang disiarkan langsung, yang digunakan untuk mengilustrasikan mengapa kecerdasan emosional sangat penting dalam situasi krisis.
Untuk kelemahan buku ini, meskipun sangat kuat di sisi aplikasi, potensi kelemahan mungkin terletak pada kurangnya orisinalitas dalam konsep EQ dasar, namun ini diimbangi oleh kedalaman strateginya. Selain itu masih ada potensi jargon yang menyulitkan pembaca. Meskipun dijelaskan, buku ini menggunakan beberapa istilah teknis (seperti limbic system, emotional contagion, atau mirror neurons) yang mungkin terasa akademis bagi audiens umum, meskipun upaya untuk menjelaskan ide-ide kompleks dengan jelas patut diapresiasi.
Suara dan Gaya Kepenulisan
Nada penulisan secara umum formal dan berwawasan (didasarkan pada penelitian, termasuk hasil tes EQ dari 10 juta orang), namun juga instruksional dan meyakinkan. Konsep abstrak juga menjadi relevan melalui analogi; misalnya, menggambarkan bagaimana membangun jalur neural untuk EQ yang lebih tinggi seperti mengubah "jalan belakang yang berbatu menjadi jalan tol yang luas" untuk aliran informasi yang lancar antara pusat emosional dan rasional otak.
Konten dan Nilai Praktis
Kontennya tersusun rapi sehingga mudah diikuti. Setiap keterampilan EQ (misalnya, Self-Awareness) dijelaskan secara rinci, termasuk definisinya (misalnya, Self-Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang Anda rasakan saat emosi muncul dan mengapa Anda merasakannya). Lalu terstruktur dari Why, What, kemudian How to.
Originalitas buku bisa kita lihat dari bagaimana Dr Bradberry memberikan sudut pandang unik pada topik yang sudah dikenal. Misalnya, dalam Self-Awareness, disarankan untuk "Monitor Thyself" (Mengawasi Diri Sendiri) dengan melihat diri sendiri seperti protagonis film untuk menghilangkan pengaruh emosi pada pemikiran objektif.
Nilai praktisnya buku ini sangat tinggi, yang karenanya sangat memungkinkan buku ini bakal dibaca sekian tahun lamanya. Buku ini menawarkan alat dan strategi konkrit, yang bisa ditindaklanjuti. Contohnya, untuk Social Awareness, pembaca disarankan untuk melatih Active Listening (fokus total tanpa menyela) dan mengamati bahasa tubuh (misalnya, lengan disilangkan menandakan penolakan ide). Untuk Self-Awareness, disarankan untuk Reflect to Avoid Regret dengan merenungkan lima penyesalan umum yang sering dialami di akhir hidup, seperti "berharap mereka tidak bekerja terlalu keras". Kita juga disediakan panduan rinci untuk memulai dengan tes EQ yang diberikan kodenya kepada tiap pembeli buku (satu kode untuk satu orang), lalu kita memilih tiga strategi dari bab dengan mengutamakan bagian yang punya skor terendah hasil tes EQ, dan mencari ‘accountability partner’ untuk memastikan tujuan tercapai.
Pertimbangan Konteks yang Lebih Luas
Buku ini memiliki relevansi budaya yang kuat karena secara langsung mengatasi masalah masyarakat masa kini terkait manajemen stres dan interaksi kompleks. EQ, sebagai keterampilan yang dapat dipelajari, menjadi solusi untuk mengatasi tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh kecerdasan kognitif (IQ) yang relatif tetap. Dalam perbandingan dengan karya lain, buku ini menonjol karena fokusnya yang intens pada implementasi strategis, alih-alih hanya berfokus pada teori.
The New Emotional Intelligence adalah buku sumber yang lengkap pembahasannya dan penting bagi siapa pun yang ingin meningkatkan kinerja, hubungan, dan kepuasan hidup.
Insight
Empat keterampilan kecerdasan emosional (Emotional Intelligence/EI) dikelompokkan di bawah dua kompetensi yang lebih besar: kompetensi pribadi (personal competence) dan kompetensi sosial (social competence).
- Identifikasi Pemicu Emosi (Emotional Triggers). Lakukan pencatatan harian tentang pemicu emosi spesifik dan respons yang kita berikan.
- Gunakan Teknik Pelabelan Emosional (Emotional Labeling Technique). Berhenti sejenak dan identifikasi emosi spesifik yang kita rasakan saat itu (misalnya, kemarahan, kesedihan, frustrasi).
- Kembangkan Kosakata Emosional. Perluas kosakata kita untuk menjelaskan perasaan dengan lebih tepat (misalnya, menggunakan "gembira" (elated) daripada sekadar "senang" (happy).
- Lakukan Refleksi Diri Harian. Sisihkan lima hingga sepuluh menit setiap hari untuk meninjau bagaimana perasaan kita dan mengapa kita merasakannya.
- Monitor Diri secara Objektif. Ajukan pertanyaan yang baik kepada diri sendiri, seperti "Bagaimana tindakan saya berkontribusi pada situasi ini?" untuk melihat fakta (kenyataan) dan tidak terlalu dipengaruhi oleh emosi
- Gunakan Strategi Reset. Saat merasa kewalahan, luangkan waktu sejenak untuk me-reset mental dengan menjauh, melakukan pernapasan dalam, atau menggunakan teknik grounding.
- Latih Reframing. Dalam situasi stres, ubah pikiran negatif (misalnya, dari "Saya gagal" menjadi "Saya gagal kali ini, tetapi ini tidak mendefinisikan saya").
- Tetapkan Batasan Sehat (Set Healthy Boundaries). Belajarlah untuk mengatakan "tidak" atau menetapkan batasan saat dibutuhkan, karena ini adalah cara yang kuat untuk mengelola diri dan mengambil kendali atas hidup kita.
- Kembangkan Ketabahan (Grit). Lakukan tindakan yang membutuhkan manajemen diri, seperti menunda kepuasan dan terus berjuang bahkan ketika merasa dikalahkan
- Latih Mendengarkan Aktif (Active Listening). Dalam percakapan, fokus sepenuhnya pada kata-kata, nada, dan bahasa tubuh orang lain tanpa menyela.
- Ajukan Pertanyaan Terbuka (Open-ended Questions). Gunakan pertanyaan seperti "Bagaimana perasaan Anda tentang hal itu?" untuk mendorong orang lain berbagi emosi mereka.
- Amati Bahasa Tubuh. Perhatikan isyarat nonverbal (misalnya, postur, kontak mata, ekspresi wajah) untuk memahami perasaan orang lain.
- Posisikan Diri Kita di Posisi Mereka (Put Yourself in Their Shoes). Sebelum merespons, luangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan perasaan dan perspektif orang lain.
- Jadilah Pendengar yang Hebat (Fabulous Listener) Singkirkan gangguan, tanyakan pertanyaan yang mendalam, dan hindari menilai.
- Lakukan Umpan Balik yang Konstruktif. Saat memberikan umpan balik, fokuslah pada perilaku, bukan pada individu, dan tawarkan solusi.
- Gunakan Pernyataan “Saya” (“I” Statements). Saat membahas masalah yang sulit, gunakan pernyataan yang dimulai dengan "Saya merasa..." atau "Saya butuh..." daripada menyalahkan orang lain.
- Atasi Konflik Sejak Dini. Tangani konflik atau ketidaksepakatan dengan mengekspresikan perasaan kita dengan tenang dan berupaya menuju solusi.
- Ekspresikan Apresiasi. Secara teratur ungkapkan apresiasi dan rasa terima kasih kepada orang lain.
- Pilih untuk "Kalah dalam Pertempuran untuk Memenangkan Perang". Fokus pada koneksi daripada koreksi, terutama dalam konflik, dengan mempertahankan perspektif jangka panjang agar tidak merusak kualitas hubungan.
- Tangani Konflik secara Asertif. Bertindak dalam ruang kecil antara kepasifan dan agresi untuk memastikan kebutuhan kita terpenuhi tanpa menindas orang lain.
-------------------
-------------------------------------------------------------------------

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah International Baccalaureate (IB), dan kepala Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, certified Master Trainer, certified NLP, certified Komunikasi, certified internasional coach, certified EQ, dan certified Pengembangan Kurikulum dan Fasilitas Pelatihan. Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, Mega Andalan Kalasan, Manulife Indonesia, SERA ASTRA, dan lain-lain. Selama dua tahun menjadi pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga pernah menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dulu sempat menikmati masa menjadi host di program buku di NBS Radio dan menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Youtube Dipidiff Official.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
Hits: 664
TERBARU - SELF EDUCATION
Cara Mewujudkan Impian dengan Manifestas…
03-11-2024
Dipidiff

Updated 24 Februari 2025 I think human beings must have faith or must look for faith, otherwise our life is empty, empty. To live and not to know why the cranes...
Read moreMengapa Ringkasan Buku Itu Penting?
19-06-2022
Dipidiff

Pernah ga sih teman-teman merasakan suatu kebutuhan yang sebenarnya mendesak namun seringkali diabaikan? Mungkin karena rasanya kebutuhan ini sepele, atau mungkin dia tidak terasa mendesak sampe ketika waktunya tiba mendadak...
Read more10 Tips Mengatasi Kesepian
05-12-2021
Dipidiff

Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...
Read moreTentang Caranya Mengelola Waktu
11-08-2021
Jeffrey Pratama

“Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...
Read moreCara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…
25-09-2020
Dipidiff

Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...
Read more








