The Room 19 Independent Library Dipatiukur Bandung (a Story)
The Room 19, cafe library yang akhir-akhir ini namanya mencuat di kalangan para pencinta buku, mungkin mulai menyamai tenarnya cafe Kineruku. Saya sendiri penasaran dengan perpustakaan independen ini karena melihat postingan instagramnya yang aktif dengan beragam acara dan koleksi buku-bukunya yang mengikuti jaman.
Saya juga beberapa kali bertemu dengan Kak Reiza, owner The Room 19, di antaranya di acara FGD bersama Dispusipda Jabar dan acara buku saya sendiri bersama komunitas BREED, dan saat itu kami membuat janji bertemu di lokasi Room 19, namun selalu ada halangan sehingga belum terealisasikan.
Akhirnya saya putuskan membuat rencana mendadak saja, dan benar saja, cara ini lebih ampuh ketimbang mengagendakannya jauh-jauh hari. Cuma sayangnya memang, saya tidak bisa ketemu dengan Kak Reiza, yang saat itu sedang ada urusan lain.
Picture: di The Room 19
Bangunan dan Ruangan The Room 19
Ruangan The Room 19 terletak di lantai 2 dari sebuah bangunan berbentuk ruko. Ini sempat membingungkan saya karena menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tidak menemukan lokasi, rupanya harus teliti dan menengok sedikit ke atas baru bisa menemukan tempatnya.
Dengan tangga kita menuju bagian depan ruangan perpustakaan yang berpintu kaca lebar yang ketika diintip langsung menampakkan ruangan membaca yang nyaman, warna-warni, penuh buku, dan tentunya jaringan Wifi free.
Begitu masuk ruangan, staf perpustakaan akan meminta kita untuk menyimpan barang di loker yang tersedia, menawarkan seat dan menu. Unik juga, karena di Room 19 kita membayar kursi dengan waktu dan durasi yang sudah ditentukan, yakni jam 10.00-14.00 WIB, 14.00-18.00 WIB, dan 18.00-22 WIB. Jika dipikir-pikir, dengan pengaturan seperti ini maka tidak akan ada situasi perpustakaan yang sesak karena sudah dihitung sesuai kapasitas.
Koleksi buku ini The Room 19 memang bagus-bagus. Sebagian besar buku bestseller impor dengan beragam kategori, mereka juga mengikuti perkembangan buku-buku baru, sehingga bagi the real book reader, perpus ini sesuai harapan. Untuk meminjam buku berbahasa Indonesia sewanya 10k, buku english version 20k, masa pinjam 1 minggu dengan maksimal peminjaman dua buku, denda per hari sebesar 5 ribu. Untuk buku english version bestseller, harga sewa dan durasi segini menggiurkan, ketimbang membeli buku impor yang harganya mayoritas di atas 200 ribu, itupun belum tentu berujung suka bukunya.
Picture: Pintu kaca bagian depan The Room 19, ruangan baca perpus.
Picture: Staf yang ramah, loker penyimpanan barang, dan barcode informasi
Picture: Sudut dengan sofa nyaman, interior warna-warni dengan beragam pajangan,
dan situasi di dalam perpus
Menu The Room 19
Sayang sekali tidak ada kopi di sini, tapi ada beragam pilihan teh. Tidak ada makanan berat, tapi kita bisa memesan menu ringan, seperti biskuit, cake, dll. Menurut saya ini pilihan menu ini memang sesuai dengan The Room 19 yang bukan cafe tapi perpustakaan. Jika dilihat dari perspektif itu, The Room 19 bahkan jadi tambah cozy karena bisa membaca di ruangan nyaman, rapi, sambil ngeteh hangat dan makan cake atau biskuit.
Saya bahkan suka sekali dengan cookies choco chips yang saya order bersama teh. Rasanya gurih, manis coklat, kriuk. Pengemasannya juga menarik.
Picture: Makanan dan minuman di The Room 19
Picture: Choco Chips Cookies
Mushola dan Toilet
Tidak ada mushola di The Room 19. Buat kita yang ingin shalat, kita bisa menumpang di masjid Universitas Padjajaran atau menyebrang jalan saja, ada masjid masyarakat sekitar. Toilet bersih tersedia di ujung ruangan. Agak tricky juga di persoalan parkir yang areanya kecil.
Picture: Toilet
Foto Buku
Hal menyenangkan di The Room 19, buat saya pribadi, selain soal baca bukunya, tentu saja ruangan mereka yang cantik untuk latar foto buku. Saya kebetulan membawa buku Just My Luck - Adele Parks yang sudah saya niatkan untuk didonasikan ke The Room 19. Novel thriller ini masuk kategori bestseller. Mudah-mudahan bisa menambah koleksi buku berkualitas di perpus The Room 19.
Cara Bikin Foto 1 & 2
Foto pertama dibuat dengan angle Eye Level. Foto ini saya buat di meja bagian terdepan di area baca. Saya suka sekali dengan tata letak interior ruangan, kombinasi beragam warna, dan cahaya dari lampu baca, juga buku yang ditumpuk dan tertata di rak, semuanya membuat latar foto buku tampak indah.
Di foto 1, saya letakkan buku di atas meja bulat hitam dengan posisi lurus. Saya atur hingga pernak-pernik lain juga terpotret sebagai latar tapi tidak terkesan terlalu penuh dan masih menyisakan negative space yang cukup. Di foto 2, saya letakkan buku dengan posisi berdiri di meja putih panjang dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga tampak susunan peletakannya membentuk pola garis diagonal.
Saya edit foto ini di aplikasi Snapseed dengan filter Accentuate 1x dan POP 1x untuk mendapatkan hasil yang lebih kontras dan tajam (gambar 3). Kali ini saya tidak timpa bagian buku dengan file cover di Photolayer karena hasil foto sudah bagus, dan saya bisa lakukan hal itu nanti saat menggunakan foto ini sebagai template foto untuk buku yang lain. Saya hanya menambahkan logo Dipidiff untuk sentuhan terakhir. Hasil foto ini bisa dilihat di bawah ini.
Picture: Foto 1 dan 2 dengan angle eye level
Cara Bikin Foto 3 & 4
Foto ketiga dan keempat saya ambil dengan angle Eye Level. Foto ketiga di buat di sudut dengan sofa nyaman. Ada tampak sedikit rak buku di samping sofa untuk menunjukkan suasana cozy membaca buku. Saya letakkan buku dengan posisi berdiri di meja berwarna coklat terang.
Foto keempat juga dibuat dengan angle Eye Level. Saya tertarik menggunakan rak dinding yang ada di sana. Barang-barang di rak ini hanya sedikit, jadi leluasa untuk saya coba. Saya letakkan buku di posisi paling pinggir rak. Saya pastikan komposisinya mencapai 3/4 bagian pada frame dan menyisakan ruang kosong sedikit saja.
Foto lalu saya edit di aplikasi Snapseed. Foto ini hanya saya beri filter Pop 1x dan ditambah filter Accentuate 1x. Saya tambahkan logo Dipidiff di apps Photolayer. Hasilnya bisa dilihat di bawah ini.
Picture: Foto 3 dan 4 dengan angle eye level
Cara Bikin Foto 5 & 6
Foto kelima saya buat dengan angle flat lay. Saya posisikan buku lurus sejajar frame, dengan piring dan cookies di samping, cangkir teh, dan pot tanaman hias kecil. Ini foto yang agak tricky karena ruangan yang tidak terang benderang dengan lampu kuning nyaman justru menimbulkan bayangan saat membuat foto dengan angle ini. Foto awal yang saya hasilkan ternyata memang demikian. Selagi saya memoto dari atas dan memastikan angle tidak membuat cangkir teh menjadi distorsi, di bagian bawah meja ada bayang hape yang saya gunakan untuk memoto. Saya edit foto ini di apps Snapseed dengan fitur Tools - Healing untuk menghapus bayangan tersebut lalu saya gunakan filter POP 1x. Saya lempar hasil fotonya ke apps Photolayer dan timpa bagian editan bayangan dengan logo dipidiff.
Foto keenam saya ambil di meja menu karena tertarik dengan cake dan cemilannya yang cantik-cantik. Saya posisikan buku berdiri, difoto dengan angle eye level. Saya pastikan posisi benda-benda membentuk pola diagonal dengan lampu yang tertangkap kamera, muncul di bagian atas frame, memberikan kesan tambahan yang indah. Saya edit di Snapseed dengan filter POP 1x dan Accentuate 1x. Lalu saya beri logo dipidiff di apps Photolayer.
Picture: Foto 5 dan 6 dengan angle eye level
Terimakasih The Room 19
Saya ingin kembali lagi ke The Room 19 suatu saat nanti, untuk lebih menikmati sajian buku-buku mereka yang berkualitas, menikmati teh hangat dan cookies choco chips. Selain itu saya belum berhasil bertemu dengan kak Reitza secara langsung di sini. Terimakasih The Room 19, sampai jumpa lagi lain waktu, insyaAllah.
Buat teman-teman yang ingin ke lokasi, silakan cek alamatnya,
Jl. Dipati Ukur No.66C, Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40132
Updated September 2025
-------------------
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
Hits: 344
TERBARU - SELF EDUCATION
Cara Mewujudkan Impian dengan Manifestas…
03-11-2024 Dipidiff

Updated 24 Februari 2025 I think human beings must have faith or must look for faith, otherwise our life is empty, empty. To live and not to know why the cranes...
Read moreMengapa Ringkasan Buku Itu Penting?
19-06-2022 Dipidiff

Pernah ga sih teman-teman merasakan suatu kebutuhan yang sebenarnya mendesak namun seringkali diabaikan? Mungkin karena rasanya kebutuhan ini sepele, atau mungkin dia tidak terasa mendesak sampe ketika waktunya tiba mendadak...
Read more10 Tips Mengatasi Kesepian
05-12-2021 Dipidiff

Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...
Read moreTentang Caranya Mengelola Waktu
11-08-2021 Jeffrey Pratama

“Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...
Read moreCara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…
25-09-2020 Dipidiff

Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...
Read more